Terkait Dinasti Pencalonan Dae Yandi di Pilkada, Ini Tanggapan Edy Muhlis 

Politik455 Dilihat

BIMA.OBORBIMA.ID – Anggota DPRD Kabupaten Bima Edy Muhlis, S. Sos, menyampaikan mengapa Calon Bupati Bima Muhammad Putera Ferryandi yang harus menanggung sendiri soal isu dinasti, sementara di Kota Bima, Sumbawa, KSB hingga tingkat Provinsi juga ada pemimpin yang Dinasti.

Edy Muhlis duta NasDem menyampaikan, berbicara dinasti itu hanya berlaku untuk jaman kerajaan dulu, sekarang Indonesia sudah menganut sistim demokrasi. Saipapun anak bangsa memiliki hak yang sama.

Kenapa satu kelompok ini yang dinaikkan terus isu dinastinya sementara yang kain banyak, Edy mantan wartawan ini memberikan contoh Mantan Gubernur Zulkiflimansyah, saat menjabat Gubernur, Adik kandungnya Novi ikut calon wakil Bupati di Sumbawa, hasil pemilihan dimenangkan oleh pasangan mereka, sekarang ikut calon Bupati lagi.

Firin Bupati KSB 2 periode, sekarang dirinya maju sebagai Calon Wakil Gubernur NTB, sementara Istrinya Calon Bupati KSB.

Umi Rosmi mantan wakil Gubernur sekarang jadi calon Wakil Gubernur, kakaknya Mantan Gubernur NTB 2 periode. Sementara adiknya di Lombok Timur ikut jadi Calon Bupati.

Di Kota Bima juga sama, Aji Man calon Walikota Bima, adik Kandung H. Qurais mantan Walikota Bima. Sekarang Rian dan Silvi anak kandung H. Qurais terpilih sebagai anggota DPRD Kota Bima.

Di Kabupaten Bima. Adi Mahyudi Calon Bupati Bima masih menganut keturunan H. A. Qurais, istri Adi Mahyudin adik dari H. Qurais H. Abidin mantan Walikota Bima 2 periode.

Menurut dia, kalau dilihat dari garis keturunannya, yang menjabat hari ini sampai yang mengikuti kontestasi hari ini, semua ada turunanya.

“Sangat tidak elok ketika berbicara dinasti hanya ditempatkan pada seseorang tokoh seperti Muhammad Putera Ferryandi. Bicara dinasti adalah bicara hak yang sama, didalam alam demokraai ini,” katanya.

Masyarakat diharapkan mamahami agar tidak terjadi gesekan pemahaman, karena dinasti tidak berlaku di alam demokraai ini, semua yang calon ada keturunannya masing-masing.

“Kenapa hanya Yandi yang dipersoalkan dan menanggung dosa isu dinasti yang dimainkan oleh sekelompok orang yang tidak paham seperti apa Dinasti itu sendiri,” kata dia.

Dinasti tidak elok kalau dibicarakan dalam kontestasi Pilkada ini, karena ini ruang publik diberikan hak yang sama dan yang bersangkutan memiliki hak yang sama untuk ber kontestasi.

Saya mengimbau kepada masyarakat agar tidak terjebak pada isu dinasti yang justru mendiskreditkan satu orang calon sementara dinasti bertubi-tubi di daerah lain.

“Yandi sudah memenuhi standar dan kriteria yang ditentukan, maki kita perkuat dengan dukungan, dinasti itu sungguh tidak berlaku di alam demokraai, demokrasi sudah bebas kok,” pungkasnya

*Red*

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *