Wakil Bupati : Budaya Dialog Penting Dalam Mengurai Konflik

Pemerintahan280 Dilihat

BIMA,OBORBIMA – Keteladanan Haji Muhammad Adnan Arsai sebagai figur sentral masyarakat sangat dibutuhkan dalam konteks menjaga dan mengawal Indonesia, dan juga Bima yang damai dan rukun.

“Diharapkan bisa diikuti oleh generasi-generasi yang sekarang untuk menjadi sosok yang gigih, berani, dan teladan dalam menjaga kondisi rukun dan damai dengan mengedepankan prinsip-prinsip dialog,” ungkapan Wakil Bupati Bima, Drs H. Dahlan M Noer Sabtu (18/9/2021) saat menjadi Keynote Speaker Bedah Buku Muhammad Adnan Arsal; Panglima Damai Poso di Ponpes Al Madinah Bima, Desa Kananga, Kecamatan Bolo.

Bedah buku juga dihadiri Kapolres Bima Kabupaten, AKBP Heru Sasongko, SIK, Kapolres Bima Kota, AKBP Henry Novika Chandra, SIK, MH, Dandim 1608 Bima, Letkol Teuku Mustafa Kemal.

Wabup mengatakan, pelajaran yang diambil dari buku tersebut, bagaimana terus mendorong budaya dialog dalam menyelesaikan persoalan. Dialog tidak boleh putus, karena menjadi jembatan dalam mengurai konflik. Termasuk, kata dia, terkait dengan terorisme.

“Mereka yang dianggap masuk dalam jaringan tersebut, harus diajak dialog,”ucapnya.

Wakil Bupati juga mengingatkan, agar kasus konflik Poso menjadi pelajaran penting bagi daerah, termasuk Dana Mbojo. Jangan sampai konflik muncul dan berdampak buruk.

“Harus ada upaya untuk terus membangun perdamaian di Bima,”imbuhnya

Meskipun, kata Wabup, konflik Poso berbeda dengan Bima. Jika di Poso konflik agama, di Bima konflik antarkampung.

“Jika di Poso ada Panglima Perdamaiannya, maka di Bima juga harus ada Panglima Perdamaiannya,” ujarnya.

Pada acara bedah buku tersebut, Ketua MUI Kabupaten Bima, H Abdurrahim Haris MA mengatakan, Buku H Muhammad Adnan Arsal, Panglima Perang Damai Poso sangat inspiratif, alur ceritanya sangat indah.

“Kemudian ketika membaca awal cerita konflik Poso, ternyata persoalan sepele, yakni minuman keras, kemudian terjadi perkelahian. H Muhammad Adnan Arsal adalah sosok yang memahami dirinya sebagai warga negara,”katanya.

Para pemimpin negara juga tidak boleh diam dengan kondisi yang ada. Untuk itu, Ketua MUI menaruh apresiasi pada sosok H Adnan yang mendorong upaya perdamaian atas konflik di Poso.

Sementara itu, Khoirul Anam, Penulis Buku Muhammad Adnan Arsal, Panglima Damai Poso mengingatkan, bahwa konflik poso diawali dengan hal-hal kecil, yakni minuman keras. Sekelompok pemuda yang mebuk-mabukan, namun berujung pada perkelahian.

“Konflik Poso yang menyababkan ribuan nyawa melayang dimulai dari hal-hal sederhana, mungkin kita anggap sepela. Untuk itu saya mengingatkan agar pemerintah daerah, dan aparat, Kapolres, Dandim, Bupati untuk mengatensi ini,” ujarnya.

Meski konflik Poso sudah selesai, kata dia, namun proses penyelesaiannya lama. Baru 25 tahun baru selesai. “H Adanan menginginkan kita yang di Bima tidak usah kesana lagi. Tetaplah di Bima, bangunlah Bima, jadikan Bima sebagai daerah yang damai, aman, dan asri. Karena itu juga yang diinginkan warga Poso saat ini,” Kata Khairul.

*RED*

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *