BIMA.OBORBIMA.ID – Tim peneliti dari IPB University yang tergabung dalam program Ekspedisi Patriot 2025 kembali melaksanakan kegiatan Focus Group Discussion (FGD) dalam rangka pemetaan potensi komoditas unggulan di wilayah transmigrasi Tambora.
Kegiatan kali ini diselenggarakan di Satuan Pemukiman 6 (SP 6) yang meliputi Desa Kawinda Nae dan Desa Labuan Kananga, Kecamatan Tambora, Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat.
FGD yang berlangsung pada Senin (6/10) ini diikuti oleh 15 peserta dari unsur pemerintahan desa, ketua RT, kelompok tani, peternak, hingga nelayan. Dari pihak IPB University hadir Muh. Faturokhman, S.Pt., M.Si selaku ketua tim, Anisa Fitri, S.Tr.Bns sebagai koordinator lapang, serta anggota tim Wilsam Akbar Rabbani, Cempaka Chandra Kirana, dan Adila Hafizhah Batubara.
Dalam sambutannya, Sekretaris Desa Labuan Kananga yang mewakili kepala desa menyampaikan apresiasi kepada tim IPB.“Terima kasih kepada adik-adik dari IPB yang telah jauh-jauh datang ke sini untuk meneliti dan berdiskusi dengan masyarakat. Semoga hasil dari kegiatan ini dapat menjadi jembatan aspirasi kami warga SP 6 kepada pemerintah pusat,” ujarnya.
Selanjutnya, Kepala Desa Kawinda Nae, Haedin, juga menyampaikan sambutan yang menyoroti kondisi riil masyarakat transmigrasi yang masih menghadapi kendala lahan dan air bersih.
“Permasalahan utama di SP 6 ini masih berkaitan dengan pembagian lahan usaha yang belum tuntas sejak awal transmigrasi. Selain itu, masyarakat kami juga kesulitan mengakses air irigasi yang stabil untuk lahan pertanian. Kami sangat berterima kasih kepada tim IPB yang telah membantu kami memetakan persoalan ini agar dapat diperjuangkan hingga ke tingkat kementerian,” tutur Haedin.
Sementara itu, Muh. Faturokhman selaku ketua tim Ekspedisi Patriot IPB. Ia menjelaskan bahwa FGD ini menjadi bagian penting dari proses validasi data lapangan.
“Kami ingin menggali potensi dan tantangan yang nyata di lapangan agar hasil penelitian ini bisa menjadi rekomendasi kebijakan berbasis bukti, khususnya untuk pengembangan sektor pertanian dan peternakan di kawasan transmigrasi,” ungkapnya.
Diskusi kemudian berlangsung aktif dan terbuka. Para peserta mengemukakan berbagai tantangan, mulai dari belum meratanya pembagian lahan usaha I dan II, terbatasnya akses air dan irigasi, hingga minimnya dukungan penyuluhan dan permodalan.
Meskipun demikian, masyarakat juga menyoroti potensi besar yang dapat dikembangkan, seperti komoditas padi ladang, jambu mete, jagung, tembakau, kacang tanah, dan hortikultura, serta sektor peternakan kambing dan perikanan tangkap yang memiliki nilai ekonomi menjanjikan.
*OB.009*
Tinggalkan Balasan