Gali Aspirasi Masyarakat Transmigrasi Tambora, Tim Ekspedisi Patriot Universitas Indonesia Adakan Kegiatan Focus Group Discussion

BIMA.OBORBIMA.ID – Tim Ekspedisi Patriot UI menggelar diskusi kelompok terpumpun (FGD) di Kantor Desa Rasabou, Kecamatan Tambora, Kabupaten Bima Nusa Tenggara Barat, pada Jumat (26/09/2025) dan Rabu (01/10/2025).

Kegiatan ini bertujuan untuk memverifikasi informasi yang telah ditemukan selama proses observasi dan survei lapangan, memetakan skala prioritas dalam pembuatan rekomendasi kebijakan, serta pengembangan peta yang berbasis pada partisipasi masyarakat.

Diskusi ini merupakan wujud implementasi program Ekspedisi Patriot Kementerian Transmigrasi, yang dilaksanakan selama dua hari penuh dan terbagi dalam empat sesi.

Pembahasan berfokus kepada lima ruang lingkup utama penelitian: pendidikan, ekonomi, sosial-budaya, kesehatan, dan kelembagaan-infrastruktur-lingkungan. Masing-masing tema dihadiri oleh perwakilan masyarakat transmigran dari tiga Satuan Pemukiman (SP), yakni SP.1 wilayah Desa Rasabou, SP.2 Desa Oi Panihi, dan SP.6 Desa Kawinda Nae serta Desa Labuan Kananga.

“Saya sangat menantikan acara semacam ini sejak lama, aspek pendidikan perlu menjadi sorotan mengingat Sumber Daya Manusia bergantung pada baik tidak nya kualitas pendidikan itu sendiri”, ujar Imron, Kepala Koordinator Wilayah (Korwil) Pendidikan Kecamatan Tambora, dalam diskusi segmen Pendidikan pada Jumat, 26 September 2025.

Sambutan positif juga datang dari Kepala Desa Rasabou, Miskan, “harapan kami, Tim Ekspedisi Patriot dapat menjadi penghubung aspirasi warga di sini untuk menyuarakan kondisi yang sebenar-benarnya kepada Kementerian Pusat,” ujarnya pada Rabu, 1 Oktober 2025 saat diskusi segmen kelembagaan-infrastruktur-lingkungan.

Secara umum, kegiatan diskusi dilaksanakan dalam tiga aktivitas yang berbeda. Pertama, para peserta mendiskusikan beberapa topik pembahasan yang dipimpin oleh seorang fasilitator.

Beberapa pemicu sekaligus pertanyaan-pertanyaan yang diajukan didesain sedekat mungkin dengan realita yang terjadi di lapangan. Misalnya saja pada segmen sosial budaya, bahasan yang diangkat adalah seputar potensi pemicu konflik sosial, hingga menelisik artefak budaya yang masih dapat ditemukan hingga saat ini.

Salah satu temuan tradisi yang menarik adalah Mboloweki, sebuah mekanisme sosial khas Bima yang bertujuan meringankan beban masyarakat melalui bantuan pengorganisasian kegiatan pernikahan masyarakat lokal.
Kedua, fasilitator mengajak para peserta untuk menuliskan harapan dan aspirasinya sesuai tema yang dibagi ke dalam tiga periode: jangka pendek (1-2 tahun), jangka menengah (3-5 tahun), jangka panjang (>5 tahun). Pada bagian ini mereka sebagai perwakilan masyarakat transmigran dapat mengajukan rancangan pembangunan daerahnya sesuai dengan pengalaman hidup yang telah dirasakan selama berada di kawasan transmigrasi.

Pada segmen kelembagaan, infrastruktur, dan lingkungan misalnya, para peserta yang terdiri dari Kepala Desa, perwakilan lembaga desa seperti BUMDes dan BPD menyampaikan harapannya soal pengembangan kawasan Tambora. Diskusi yang menyeruak adalah: langkah awal pengembangan kawasan perlu dimulai dari penyelesaian masalah dasar yang masih saja ada di beberapa SP, misalnya belum adanya kejelasan soal pembagian Lahan Usaha 1 yang merupakan hak warga transmigrasi dari pemerintah.

Terakhir, Tim Patriot UI mengajak partisipasi para peserta dalam pembuatan peta tematik. Beberapa hal yang menjadi sasaran dalam pemetaan partisipatif ini seperti pemetaan infrastruktur dan fasilitas yang ada di wilayah transmigrasi, sebaran potensi ekonomi, rencana pembangunan infrastruktur dan fasilitas kawasan, dan lainnya. Khusus pada segmen ekonomi, salah satu yang menjadi fokus utama adalah soal identifikasi keberadaan pusat-pusat usaha (warung, bengkel, toko) yang ada, hingga penelusuran perputaran uang di wilayah Tambora dari petani, pengepul, hingga distribusi komoditas ke luar wilayah Tambora.

Ketua Tim Ekspedisi Patriot UI di Tambora yang juga Dosen Ilmu Sejarah UI, Dr. Raisye Soleh Haghia, S.Hum., M.Hum., mengungkapkan bahwa FGD ini penting untuk dilakukan.

“Kegiatan ini dibutuhkan untuk melihat kondisi kawasan secara mendalam dan mencari tahu upaya pengembangan yang dapat dilakukan,” tandasnya.

*OB.006*

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *